Sejarah penaklukan dinasti Qing menjadi berakhirnya era sebelumnya yaitu dinasti Ming di China. Pemerintahan Ming sendiri terjadi pada tahun 1368 sampai dengan 1644. Terdapat berbagai peninggalan yang bisa dinikmati hingga sekarang.
Selama era penaklukan tersebut, setidaknya lebih dari 25 juta orang kehilangan nyawa. Penaklukan ini juga terkenal dengan istilah transisi Ming ke Qing yang mulai terjadi pada tahun 1618 hingga 1644 di Manchuria.
Sejarah Penaklukan Dinasti Qing
Sebelum upaya penaklukan dimulai, Aisin Gioro dari klan Manchu sebagai pendiri Qing memerintahkan penulisan Tujuh Kebencian Besar di tahun 1618. Dokumen tersebut menjelaskan mengenai daftar kebencian pada Ming.
Ada cukup banyak keluhan terutama terhadap sikap pilih kasih. Aisin Gioro juga meminta Ming membayar sejumlah upeti untuk menyelesaikan keluhan tersebut. Permintaan tersebut pada dasarnya adalah sebuah pernyataan perang.
Di mana Ming tidak akan bersedia membayar pada salah satu klan yang pernah menjadi pembayar upeti bagi Tiongkok. Aisin Gioro kemudian mulai menyerbu Lianing sebagai wilayah Ming di Manchuria Selatan.
Di saat bersamaan, Ming mengalami berbagai permasalahan termasuk upaya pemberontakan dari kalangan petani dan masalah keuangan. Beijing akhirnya jatuh ke tangan pemberontak ketika mantan pejabat menjadi pemimpin pemberontakan petani.
Pada masa itu, pemimpin pemberontak tersebut yaitu Li Zicheng kemudian mendirikan dinasti Shun. Pada akhir era kepemimpinan Ming, Kaisar Chongzhen bunuh diri dengan cara mengantung dirinya di pohon kebun kekaisaran luar Kota Terlarang.
Sejarah penaklukan dinasti Qing juga terjadi setelah pemimpin Shun mulai melancarkan serangan terhadap jenderalnya karena bersekutu dengan orang Manchu. Pasukan Manchu dan sang jenderal berhasil mengalahkan pemimpin Shun.
Kekalahan tersebut membuat pasukan Manchu dan Wu berhasil memasuki ibukota serta mengangkat Kaisar Shunzhi sebagai pemimpin Tiongkok. Kaisar akhirnya naik tahta pada tahun 1661 dan tahun 1662 mulai terjadi pembersihan pendukung Ming di selatan.
Kejatuhan Ming sendiri terjadi karena berbagai faktor termasuk buruknya hubungan kaisar dengan pemimpin militer. Selain itu, ada berbagai faktor lain yang menjadi latar belakang hingga akhirnya kekalahan dari klan Manchu.
Asal Usul Dinasti Qing
Sejarah penaklukan dinasti Qing pada Ming kurang lengkap rasanya tanpa mengenal asal usulnya. Qing sendiri merupakan kekaisaran terakhir yang ada di Tiongkok. Setelah Qing jatuh, Tiongkok berubah menjadi negara republik pada abad ke 20.
Sementara itu, pemerintahan yang terjadi antara abad ke 17. Selama periode tersebut, sebenarnya kekuatan besar dunia telah terkonsentrasi di Eropa. Kekaisaran akhirnya mengalami kejatuhan karena berbagai agresi dan persaingan.
Meski sudah runtuh sejak lama, namun dalam sejarah Tiongkok sangat penting. Dinasti berdiri sekitar pada tahun 1644 sampai dengan 1912. Menjadi kekaisaran terbesar kelima yang pernah ada di sejarah penaklukan dinasti Qing.
Bahkan wilayah yang dimiliki mencapai Tibet, Mongolia, hingga Taiwan. Ibukota awalnya di Shenyang sebelum akhirnya berpindah ke Beijing. Para penguasa yang berada dari Manchuria di timur laut Tiongkok mempunyai pengaruh terhadap Korea.
Klan Manchu yang saat itu dipimpin Aisin Gioro Nurhaci menyerang Ming untuk menyatukan berbagai suku di kawasan Tiongkok. Pada tahun 1625, Nurhaci berhasil merebut Shenyang dan menjadikan sebagai ibukota.
Nurhaci kemudian bersekutu dengan keturunan kekaisaran Mongol untuk menaklukan Tiongkok. Selain merekrut banyak orang Mongol, Nurhaci juga merekrut orang Han yang membelot dari Ming.
Sejarah penaklukan dinasti Qing terus berlanjut meski Nurhaci telah meninggal di tahun 1926. Sementara itu, cucunya yaitu Shunzhi berhasil menjadi kaisar setelah menaklukan Ming di tahun 1644 dan memimpin seluruh kawasan Tiongkok.
Dinasti Manchu atau Qing berakhir di tahun 1912 setelah serbuan kekuatan global dari berbagai negara seperti Italia, Austria-Hongaria, Jepang, Inggris dan lain sebagainya. Kekaisaran berakhir setelah janda Permaisuri Cixi melarikan diri ke Manchuria.
Puncak Kejayaan dan Kemunduran Dinasti
Selama beberapa generasi, Qing Tiongkok berhasil mencapai puncak kejayaannya. Memiliki banyak pengaruh, kekayaan hingga pencapaian dari segi budaya yang luar biasa. Pada masa puncak kejayaan, para kaisar berhasil menguatkan kekuasaan Tiongkok.
Tidak hanya itu saja, bahkan kekaisaran pada masa tersebut juga berhasil memperluas wilayah kekuasaan lebih jauh lagi. Sejarah penaklukan dinasti Qing juga berhasil mengalahkan Rusia di Sungai Amur.
Salah satu peninggalan adalah Kamus Kangxi sebagai standarisasi aksara Tiongkok. Hal tersebut merupakan peninggalan dalam bentuk seni dan budaya. Pada era puncak kejayaannya, kekaisaran Qing juga melakukan perdagangan dunia.
Pada era ini, perdagangan dengan negara barat menjadi sumber kekayaan bagi orang China. Meski pada akhirnya, hal ini juga yang menjadi faktor kemerosotan kekaisaran. Di tahun 1757, hanya kawasan Guangzhou yang mendapat izin untuk berdagang dengan Barat.
Pada masa ini, salah satu negara barat yaitu Inggris menjadi pembeli terbesar dari hasil pertanian berupa teh. Setelah mengalami puncak kejayaan di berbagai sektor, Qing akhirnya mengalami kemunduran.
Ada berbagai sebab yang membuat dinasti terakhir Tiongkok ini berakhir. Termasuk di dalamnya karena alasan keuangan, terjadinya perang, serta pemberontakan. Berbagai faktor tersebut membuat Qing akhirnya mengalami keruntuhan.
Dinasti Qing menjadi periode kekaisaran yang cukup panjang dengan berbagai pencapaian dan puncak kejayaan terutama dari segi wilayah kekuasaan. Sejarah penaklukan dinasti Qing jadi periode peperangan sebelum pemerintahan baru Tiongkok akhirnya ditetapkan.